| (dari kiri ke kanan: Nazwa, Nyar, Fatimah, Rira) |
Pengajian perdana ini diikuti sedikitnya 100 orang, meliputi wali murid kelas 1-5, pihak yayasan dan staf pengajar di SDIT Al Ma'ruf. Bagi yang bulan ini belum bisa hadir, mudah-mudahan bulan depan dapat meluangkan waktu untuk hadir. Di forum tersebut banyak sekali ilmu yang bisa kita petik, ilmu baru mengenai pendidikan untuk anak-anak kita tercinta. Selain itu forum tersebut menjalin silaturahmi antar orang tua wali murid agar saling mengenal dan bisa sharing dalam menghadapi segala problematika dalam mendidik dan mengasuh anak.
Pengajian pada 16 oktober 2011 ini diawali dengan tilawah Q.S An Naba' yang dibawakan oleh anak-anak kelas 1A yaitu Ananda Nyar, Rira, Nazwa dan Fatimah.
Pengajian mengambil tema "Bagaimana Memahami dan Mendampingi Anak dalam Belajar", dan sebagai pembicara adalah Ustadz Roni (biasa dipanggil Kak Roni). Beliau adalah seorang praktisi pendidikan sekaligus wali murid dari ananda Putri, kelas 4 SDIT Al-Ma'ruf Surabaya. Mengawali pertemuan ini, Kak Roni mengungkapkan bahwa memasukkan anak atau memilih sekolah untuk anak yaitu tidak dengan melihat gedungnya, gedung yang megah, besar, bagus bukanlah jaminan. Tetapi lihatlah dari Guru/ ustadz /ustadzah/ staf pengajar-nya. Guru yang baik adalah guru yang ikhlas dan penuh perjuangan, semangat dan memiliki kemampuan dalam mengembangkan pendidikan, karena itu adalah modal utama yang akan membawa sikap kepada anak didik.
Berikut Kami paparkan penjelasan Kak Roni dalam pengajian untuk kembali mengingat-ingat ilmu yang telah kita peroleh dan kepada Bapak/ Ibu yang tidak dapat hadir semoga bermanfaat.
"ANAK adalah...."
Apa yang Anda jawab ketika mendapat pertanyaan serupa? Biasanya jawabannya kurang lebih sama, Anak adalah amanah/ titipan dari Alloh untuk kita jaga, kita didik sebaik mungkin. Banyak orang tua menyadari bahwa anak memang titipan dari Alloh, tetapi tidak sedikit pula yang sekedar hanya mengetahui, pernah membaca buku parenting, mengikuti beragam seminar parenting tetapi tidak menerapkannya, memberinya makan, fasilitas, tetapi mengabaikan kebutuhan anak seperti kasih sayang, pembelajaran yang tepat, maupun cara mendidik yang benar.
Pada setiap bayi lahir Alloh telah menganugrahkan 100 miliar neuron gratis, dan neuron-neuron itu akan terus berkembang tiap satu detik. Menurut buku yang pernah saya baca, neuron-neuron tersebut akan terjalin atau terjadi persambungan sinaps sebanyak 1,8 juta sambungan hanya oleh stimulan senyum, peluk, sapaan ramah, canda, nyanyian, atau bacaan. Subhanalloh.... Dan dalam buku "Teach Your Baby Read", karangan Glenn Donan bahwa pada usia 6 tahun, ternyata anak-anak mampu menangkap informasi yang mengagumkan. Nah bagaimana akibatnya jika kita sebagai orang tua selama ini telah salah dalam mendidik mereka?. Bentakan, cacian, pukulan, dan kekerasan lainnya akan membumihanguskan jutaan neuron gratisan tersebut, dan Anda sendiri yang akan merasakan akibatnya.
Dalam forum pengajian yang berlangsung di Masjid Al Ma'ruf tadi pagi, Kak Roni membagi ilmunya kepada kita semua mengenai 7 Kesalahan terbesar dalam mendidik anak, yaitu:
1. Periode emas (golden age) tidak optimal
2. Egois, tidak sabar dan mudah marah
3. Lebih memilih penyelesaian instan/ cepat
4. Menganggap nilai/prestasi akademik adalah segalanya
5. Kurang adanya komunikasi
6. Minim ilmu dalam mendidik anak
7. Mengabaikan Pendidikan spiritual anak
Ada masa-masa penting kehidupan anak dan kita sebagai orang tua hendaknya:
1. Mengakui keunikan dan kelebihan anak
Setiap anak diciptakan berbeda dengan lainnya, setiap anak memiliki keunikan tersendiri, ada anak yang pendiam, aktif, hiper aktif, tetapi semua itu adalah anugrah yang wajib disyukuri karena mereka pasti memiliki kelebihan. Apakah ada anak bodoh? Jawabannya adalah TIDAK. Mereka tidak bodoh, tetapi mereka sedang belajar, mereka melalui proses dan proses ini akan berjalan baik tatkala orang tua mendidiknya dengan benar. perhatikan apa kelebihan dan keunikan anak kita masing-masing, dan kita akan berdecak kagum, owh..ternyata anakku pandai menggambar. Buku tulisnya selalu ada gambaran tangannya, mulai dari gambar dengan tema perang, olah raga dan sebagainya. Kalau kita peka, tentu akan menyikapinya secara positif, kelak anak ini akan memiliki ketrampilan melukis yang luar biasa, masih TK saja gambarnya sudah sebagus ini, bagaimana kelak beberapa tahun mendatang. tetapi sebaliknya jika salah satu dari 7 kesalahan terbesar seperti diungkapkan di atas, maka anak tersebut ketrampilannya tidak menjadi optimal. Kecerdasan anak tidak hanya sebatas nilai rapor atau prestasi akademik, karena kecerdasan yang dibutuhkan dunia saat ini adalah kecerdasan global melalui bakat-bakat yang handal.
2. Memotivasi anak, Jangan Membandingkan dengan temannya
Motivasi terbesar bagi anak adalah dari orang tua, apa jadinya jika orang tua selalu menumbangkan harapannya, selalu memupuskan semangatnya, bahkan seringkali membanding-bandingkan dengan teman-temannya yang jauh lebih baik pastilah anak tidak akan berkembang kemampuannya bahkan pada taraf tertentu sang anak bisa mengalami depresi. Beda sekali dengan anak yang selalu dimotivasi, dia akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, neuron-neuron akan saling terhubung dengan baik dan semakin rimbun yang membawa dampak terhadap kecerdasannya.
Sebagai penutup, Kak Roni membagi tips penting untuk dapat mendidik anak dengan cara yang tepat, bahwa sebagai orang tua kita harus memiliki 7 bekal pokok, sbb:
1. Kesadaran
memiliki kesadaran bahwa setiap anak itu pandai dan masing-masing memiliki potensi yang luar biasa. Sadar bahwa kita diberi amanah yang tak ternilai harganya, sadar bahwa anak-anak itu membutuhkan bimbingan, dsb.
memiliki kesadaran bahwa setiap anak itu pandai dan masing-masing memiliki potensi yang luar biasa. Sadar bahwa kita diberi amanah yang tak ternilai harganya, sadar bahwa anak-anak itu membutuhkan bimbingan, dsb.
2. Kemauan
Kita sebagai orang tua harus memiliki kemauan, keinginan dan harapan untuk membantu anak-anak kita agar dapat memiliki masa depan yang cemerlang. Dengan kemauan yang kuat akan membuat kita memiliki kekuatan dalam membimbing anak-anak kita dengan siap "mengorbankan" diri kita sendiri demi anak-anak kita. Contoh riil, kita harus mau membagi waktu sibuk kita dengan pertanyaan-pertanyaan anak yang sangat kritis sehingga kita harus mencari jawaban yang tepat, kita harus mau mengorbankan waktu membaca koran, menonton sinetron untuk mendampingi mereka belajar.
Kita sebagai orang tua harus memiliki kemauan, keinginan dan harapan untuk membantu anak-anak kita agar dapat memiliki masa depan yang cemerlang. Dengan kemauan yang kuat akan membuat kita memiliki kekuatan dalam membimbing anak-anak kita dengan siap "mengorbankan" diri kita sendiri demi anak-anak kita. Contoh riil, kita harus mau membagi waktu sibuk kita dengan pertanyaan-pertanyaan anak yang sangat kritis sehingga kita harus mencari jawaban yang tepat, kita harus mau mengorbankan waktu membaca koran, menonton sinetron untuk mendampingi mereka belajar.
3. Keberanian
Mendampingi, membantu dan membimbing buah hati kita dibutuhkan keberanian. Keberanian seperti apa? keberanian untuk mengeyampingkan kepentingan diri sendiri demi anak-anak kita. Seperti berani untuk meninggalkan kegiatan kita jika anak-anak membutuhkan, berani mematikan acara kesenangan kita di telivisi saat anak-anak kita butuh pendamping dalam belajar, berani mengambil sikap tegas(maaf bukan dengan kekerasan, tetapi tegas!) tatkala anak sulit dikondisikan, dsb.
Mendampingi, membantu dan membimbing buah hati kita dibutuhkan keberanian. Keberanian seperti apa? keberanian untuk mengeyampingkan kepentingan diri sendiri demi anak-anak kita. Seperti berani untuk meninggalkan kegiatan kita jika anak-anak membutuhkan, berani mematikan acara kesenangan kita di telivisi saat anak-anak kita butuh pendamping dalam belajar, berani mengambil sikap tegas(maaf bukan dengan kekerasan, tetapi tegas!) tatkala anak sulit dikondisikan, dsb.
4. Kesungguhan
Mendidik anak tidaklah asal-asalan, asal bisa, asal PR selesai, asal mau, dibutuhkan kesungguhan agar anak-anak mengerti dan paham terhadap proses, mengapa dan bagaimana harus ditanamkan agar nilai-nilai tertanam kuat dalam diri anak. Jika anak hanya tahu hasil tanpa mengenal dan memahami proses maka nilai-nilai tersebut akan mudah luntur dan hilang.
Mendidik anak tidaklah asal-asalan, asal bisa, asal PR selesai, asal mau, dibutuhkan kesungguhan agar anak-anak mengerti dan paham terhadap proses, mengapa dan bagaimana harus ditanamkan agar nilai-nilai tertanam kuat dalam diri anak. Jika anak hanya tahu hasil tanpa mengenal dan memahami proses maka nilai-nilai tersebut akan mudah luntur dan hilang.
5. Kejujuran
Menanamkan sifat jujur bisa dimulai dari contoh orang tuanya. Kita seringkali tidak menyadari bahwa anak belajar dari orang tuanya, tidak jarang justru orang tualah yang sering mengajarkan kebohongan pada mereka.
Menanamkan sifat jujur bisa dimulai dari contoh orang tuanya. Kita seringkali tidak menyadari bahwa anak belajar dari orang tuanya, tidak jarang justru orang tualah yang sering mengajarkan kebohongan pada mereka.
6. Ketekunan, dan
Setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda, dari beberapa anak yang kita miliki saja pasti akan memiliki sifat yang berbeda-beda, anak yang pertama mungkin seorang yang aktif sedangkan anak kedua bisa jadi seorang pendiam, untuk itu dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan ketelatenan dalam memahami dan mendampingi anak. Dengan kesabaran dan ketekunan kita akan menemukan cara yang paling baik dalam mendampingi setiap anak dengan karakter yang berbeda-beda.
Setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda, dari beberapa anak yang kita miliki saja pasti akan memiliki sifat yang berbeda-beda, anak yang pertama mungkin seorang yang aktif sedangkan anak kedua bisa jadi seorang pendiam, untuk itu dibutuhkan ketekunan, kesabaran dan ketelatenan dalam memahami dan mendampingi anak. Dengan kesabaran dan ketekunan kita akan menemukan cara yang paling baik dalam mendampingi setiap anak dengan karakter yang berbeda-beda.
7. Kepasrahan
Akhirnya semua usaha tersebut di atas haruslah didukung dengan selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT. Kepasrahan bukan berarti tanpa upaya dan doa, kepasrahan adalah hal terakhir setelah kita berusaha dan selanjutnya adalah meminta kepada Allah SWT untuk memudahkan setiap langkah kita dalam mendidik anak.
Akhirnya semua usaha tersebut di atas haruslah didukung dengan selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT. Kepasrahan bukan berarti tanpa upaya dan doa, kepasrahan adalah hal terakhir setelah kita berusaha dan selanjutnya adalah meminta kepada Allah SWT untuk memudahkan setiap langkah kita dalam mendidik anak.
Setelah acara inti tersebut, dilanjutkan dengan tanya jawab dan forum kelas. Acara Pengajian kali ini berlangsung meriah dengan diikuti bazar oleh para wali murid. Bazar diantaranya adalah alat terapi kesehatan, asuransi prudential, udang cryspi, aneka busana muslim, asesories jilbab,dll.
Semoga acaranya dapat rutin dan lancar dan semua wali murid dapat turut aktif dalam kegiatan mendatang
BalasHapus